BPOM temukan banyak takjil di pasar beduk di Palembang berformalin

Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan masih banyak
takjil yang dijual di pasar beduk di Palembang mengandung formalin.
Mayoritas panganan yang berbahaya itu berupa rujak mie dan tahu goreng.
Kepala BPOM Palembang, Dewi Prawitasari mengatakan, dari 235 sampel yang diambil di 12 pasar beduk, 19 persen diantaranya berformalin. Rata-rata yang mengandung formalin merupakan tambahan dari makanan utama yang dijual dalam satu kemasan.
"Kami temukan masih banyak takjil yang dijual di Palembang mengandung
formalin, kebanyakan rujak mie dan tahu goreng," ungkap Dewi usai
pemusnahan tahu berformalin di TPA Sukawinatan Palembang, Kamis (24/5).
Menurut dia, banyaknya tahu dan mie basah yang disantap menjadikan menu tersebut pilihan utama bagi masyarakat, sehingga beberapa orang yang tidak bertanggung jawab mencampurkan formalin agar keuntungan berlipat. Konsumen harus jeli memilih makanan yang aman bagi kesehatan.
"Harus cerdas dan teliti dalam membeli makanan untuk berbuka puasa. Perhatikan yang ada dalam kemasan, jika sudah tidak meyakinkan lebih baik jangan dibeli," ujarnya.
Menurut dia, temuan ini sesuai dengan hasil penggerebekan terhadap empat pabrik tahu di Palembang dan Lubuklinggau baru-baru ini. Petugas menyita 52 ribu potong tahu dan 2 ton mie basah yang sudah bercampur formalin.
"Tindakan berupa penggerebekan akan terus dilakukan agar pengusaha nakal tak lagi leluasa berbuat curang, kita proses sesuai hukum," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Palembang, Letizia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan dan memanggil pengusaha untuk tidak mencampur formalin pada makanan sebagai bahan pengawet. Hanya saja, formalin tetap saja dijual karena tingginya permintaan.
"Intinya formalin untuk mengawetkan mayat dan kayu, tidak bisa dijual bebas. Tapi karena banyak permintaan, akhirnya orang senang menjual formalin, ini jadi perhatian semua pihak," pungkasnya.
Menurut dia, banyaknya tahu dan mie basah yang disantap menjadikan menu tersebut pilihan utama bagi masyarakat, sehingga beberapa orang yang tidak bertanggung jawab mencampurkan formalin agar keuntungan berlipat. Konsumen harus jeli memilih makanan yang aman bagi kesehatan.
"Harus cerdas dan teliti dalam membeli makanan untuk berbuka puasa. Perhatikan yang ada dalam kemasan, jika sudah tidak meyakinkan lebih baik jangan dibeli," ujarnya.
Menurut dia, temuan ini sesuai dengan hasil penggerebekan terhadap empat pabrik tahu di Palembang dan Lubuklinggau baru-baru ini. Petugas menyita 52 ribu potong tahu dan 2 ton mie basah yang sudah bercampur formalin.
"Tindakan berupa penggerebekan akan terus dilakukan agar pengusaha nakal tak lagi leluasa berbuat curang, kita proses sesuai hukum," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Palembang, Letizia mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengawasan dan memanggil pengusaha untuk tidak mencampur formalin pada makanan sebagai bahan pengawet. Hanya saja, formalin tetap saja dijual karena tingginya permintaan.
"Intinya formalin untuk mengawetkan mayat dan kayu, tidak bisa dijual bebas. Tapi karena banyak permintaan, akhirnya orang senang menjual formalin, ini jadi perhatian semua pihak," pungkasnya.
No comments